Desember 11, 2019

Hypebeast secara istilah setelah penulis mencermati merupakan sesuatu yang dilekatkan pada orang yang menggunakan barang branded dan original dengan maksud memamerkan kepada orang lain. Hypebeast bukan hal yang jarang kita temui lagi akhir-akhir ini. Kini kita melihat hypebeast merupakan hal lumrah yang dilakukan oleh Generasi Millenial terlebih yang berada di daerah ibu kota.

Generasi Millenial yang menggunakan barang brandid tersebut juga saling pamer khususnya pada harga atau nilai jual outfit mereka. Bahkan sempat menjadi trending di youtube dengan pertanyaan “berapa harga outfit lo ?”. Video-video tersebut kemudian viral hingga beberapa juga sampai di plesetkan. Saling memamerkan outfit dengan harga yang tinggipun kini menjadi trend untuk orang-orang yang mampu. Banyak sebenarnya teori yang bisa dikaitkan dengan hypebeast ini seperti misalnya reifikasi hingga fethisisme, namun penulis kali ini hanya akan membuat korelasi hypebeast dengan teori dari Pierre Bourdieu.

Bukan berarti penulis menulis hal ini bertujuan untuk mendiskreditkan orang-orang yang hypebeast tersebut. Namun, penulis hanya mencoba membuat korelasi dengan teori yang dikemukakan Bordieu tentang dominasi simbolik. Dominasi simbolik merupakan penindasan dengan menggunakan simbol. Penindasan inipun tak terlihat langsung, karena penindasan ini bersifat halus dengan sendirinya di Aminkan oleh pihak yang ditindas itu sendiri.

Menurut Bordieu, dominasi simbolik ini kemudian memuncak ketika menjadi pandangan penguasa yang membenarkan pandangan masyarakat pada umumnya yang disebut sebagai doxa.

Dari segi bahasapun, jika menggunakan analisis Bordieu kita dapat melihat bahwa bahasa benar benar suatu alat yang berisi kepentingan dan tidak bersifat netral. Bahasa kemudian menjadi simbol kekuasaan seperti dalam pertanyaan yang biasanya diajukan pewawancara ke anak hypebeast untuk memperlihatkan kelas sosial ekonominya. Jelas, tak lazim dan merupakan hal yang tak layak ketika kita bertanya kepada tukang becak yang menggunakan baju partai dengan pertanyaan “berapa harga outfit lo?”. Sebab, kita sudah pasti tahu jawabannya.

Ini yang dimaksud Bordieu dalam teorinya kemudian agar masyarakat bisa membuat perbedaan kelas sosial ekonomi. Dengan menunjukkan perbedaan selera yang berkembang yang kemudian mengkristal menjadi habitus.

Read more