HmI ; Umat Islam Dan Tanggung Jawab

Himpunan mahasiswa islam atau biasa disingkat dengan istilah HmI. Organisasi ini didirikan oleh Lafran Fane bersama beberapa teman-temannya yang lain sejak tanggal 5 februari 1947. Bisa dikatakan organisasi mahasiswa islam tertua di indonesia, bahkan di asia. Secara tidak langsung organisasi ini memiliki pengalaman atau dinamika yang berbeda dari organisasi yang lain. Peran menjaga keutuhan NKRI dan merawat generasi umat Islam menjadi landasan utama mengapa organisasi ini didirikan. Dalam kesempatan kali ini, saya berupaya objektif melihat kondisi umat islam sebagai salah satu kader dari himpunan mahasiswa islam, dan sedikit ingin memberikan tawaran strategi kepada organisasi ini yang harusnya menjadi kemestian posisi dan peranannya. Umat islam selama ini cenderung keliru mengartikan ibadah dengan membatasinya pada ibadah-ibadah ritual. Betapa banyak umat islam yang disibukkan dengan urusan ibadah mahdhah, tetapi mengabaikan kemiskinan, penyakit, kebodohan, kesengsaraan, kelaparan, dan kesulitan hidup yang diderita oleh saudara-saudara kita dalam kemanusiaan.

Betapa banyak orang kaya islam yang dengan khusyuknya meratakan dahinya di atas sajadah, sementara di sekitarnya tubuh-tubuh manusia digembosi penyakit dan kekurangan gizi. Bahkan ada yang menghabiskan uang jutaan hingga milyaran hanya untuk upacara-upacara keagamaan, disaat ribuan anak tidak mampu melanjutkan sekolahnya, tidak mampu membayar iuran biaya rumah sakitnya (bpjs), dan betapa mengerikan disaat bersamaan ada ribuan umat islam terpaksa menjual iman dan keyakinannya kepada tangan-tangan kaum kapitalis…

Nah, posisi dan peranan kader organisasi ini dimana? Harusnya baik secara individu ataupun institusi, membatu ataupun cukup melek melihat kondisi sosial seperti ini adalah kewajiban setiap manusia, sebab kita sebagai makhluk sosial yang orientasinya yaitu ber-gotong royong bukan sebaliknya. Membela fakir miskin dan beberapa manusia yang menderita lainnya adalah melanjutkan tugas Rasul dalam membuang beban penderitaan dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Bukankah Rasulullah s.a.w. berkata,”Kamu ditolong dan diberi rizki karena bantuan orang-orang lemah di antara kamu. (H.R. Ashhabus Sunan).”Dan kepada istrinya, beliau berpesan,”Wahai Aisyah, cintailah orang miskin dan akrablah dengan mereka, supaya Allah pun akrab juga dengan engkau pada hari kiamat. (H.R. Al-Hakim).”Dan kepada umat manusia, beliau berwasiat,”Segala sesuatu ada kuncinya, dan kunci surga ialah mencintai orang-orang miskin.(H.R. Ad-Daruquthni).”

Demikian salah satu tanggung jawab sosial kader himpunan mahasiswa islam. Selain itu, cukup menebar nilai-nilai keislaman melalui dakwah-dakwah progresif (kesesuaian antara ucapan dan tindakan), dalam artian berkelanjutan hingga keakar rumput supaya masalah keummatan bisa diretas hingga kemasalah yang paling mendasar. Karena banyak orang mengira bahwa dakwah sudah berakhir setelah khotbah di masjid ataupun dalam forum basic training (bastra), setelah menyuruh orang berbuat baik, setelah melarang munkar, dan setelah menerangkan hukum-hukum islam. Selama ini, pengajian-pengajian dianggap sudah berhasil ketika masjid sudah penuh dengan pengunjung, kalau sudah banyak orang membaca Al-Quran. Padahal pada saat bersamaan, di gubuk-gubuk pinggiran kota, gelandangan merintih kesakitan. Di tempat lain, banyak umat islam tidak mampu melanjutkan sekolahnya karena persoalan biaya mahal. Disinilah kita berbicara tentang tugas kader ataupun organisasi sebagai manusia dan wadah dimana di dalamnya katanya memiliki spirit pembela kaum lemah dalam rangka menjaga keutuhan NKRI dan regenerasi umat. Mungkin dengan melakukan hal diatas, kita bisa melihat rill output dari proses kaderisasi ditubuh himpunan yang tercinta ini terhadap masyarakat agar nilai ilmu, iman, amal dapat tercapai melalui pengabdian..
Yakin Usaha Sampai..

(image source: mojok.co)